Selasa, 29 Desember 2009

Mutu Industri Pariwisata Indonesia Merosot


Di Asia Tenggara, Indonesia di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei

Rabu, 4 Maret 2009, 17:33 WIB

Renne R.A Kawilarang, Shinta Eka Puspasari

VIVAnews - Industri pariwisata Indonesia mengalami penurunan daya saing pada 2009. Dalam Indeks Daya Saing Pariwisata dan Perjalanan yang dikeluarkan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Swiss, Rabu 4 Maret 2009, Indonesia turun satu peringkat. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi 80 dari 130 negara, namun tahun ini turun ke posisi 81 dari 133 negara.

Di Asia Tenggara, Indonesia kalah bersaing dengan industri perjalanan dan pariwisata Singapura yang menduduki peringkat sepuluh dalam daftar tersebut. "Padahal tahun sebelumnya, Singapura menduduki posisi ke-16," demikian terlihat dalam daftar Indeks itu.

Indonesia juga jauh berada di bawah Malaysia (32), dan Thailand yang naik dari posisi 42 (2008) ke posisi 39. Negara tetangga Brunei Darussalam yang tahun lalu belum masuk daftar Indeks ini, langsung melompati Indonesia dan bertengger di peringkat 69.

Indonesia masih berada di atas Filipina yang melorot dari peringkat 81 ke 86, Vietnam (89), dan Kamboja (108).

Sementara itu, Swiss, Austria, dan Jerman dinyatakan memiliki lingkungan terbaik untuk mengembangkan industri pariwisata. Negara Prancis, Kanada, dan Swedia juga berada di kelompok sepuluh besar.

WEF menyusun pemeringkatan ini berdasarkan perbandingan kebijakan dan usaha-usaha yang mendukung daya saing industri pariwisata sebuah negara dengan negara lain di seluruh dunia. Mereka menggunakan kombinasi data publik, institusi dan pengamat industri pariwisata dan perjalanan.

Laporan tahun ini diterbitkan dengan tema 'Pengelolaan di Masa Sulit' yang mencerminkan kesulitan yang menghadang industri pariwisata di tengah krisis ekonomi global. Masalah-masalah itu harus ditangani dengan meningkatkan pertumbuhan industri pelesir ini di masa depan.

Kesulitan industri pariwisata dibahas dalam bab analisis yang menelaah beberapa topik seperti dampak kenaikan harga minyak terhadap industri pariwisata. "Juga pentingnya kompetisi harga untuk mengundang pelancong," demikian dinyatakan WEF dalam pernyataan pers yang dimuat di laman resmi mereka.

Jumat, 11 Desember 2009

BHI Wisuda 65 Mahasiswa

BHI Wisuda 65 Mahasiswa

Bogor-Bogor Hotel Institute (BHI) mewisuda 65 mahasiswa program studi D1 angkatan XVI. Acara wisuda yang dilaksanakan di Istana Ballroom Hotel Salak The Heritage, Selasa (16/12) kemarin, dilangsungkan dengan menampilkan prosesi adat Sunda sebagai pembuka.

Menurut Job Training Coordinator BHI, Nelfa Tyas Pittaloka, para wisudawan angkatan XVI sebenarnya berjumlah 180 orang, namun yang bisa menghadiri acara wisuda tersebut hanya 65 orang saja. “Sisanya sudah bekerja semua, sehingga mereka kesulitan untuk mengatur jadwal supaya bisa menghadiri acara wisuda ini,” ujar Nelfa kepada Jurnal Bogor kemarin.

Dikatakan Nelfa, mahasiswa D1 BHI angkatan XVI sebagian besar sudah mendapatkan posisi pekerjaan, baik di tempat job training maupun di tempat lain. “BHI memang mewajibkan para mahasiswa untuk melakukan job training selama enam bulan sebelum mereka menyusun laporan akhir untuk kelulusan,” kata Nelfa.

Acara wisuda yang dihadiri Ketua Yayasan The Heritage M. Nashar, Direktur BHI Agung Jati Waluyo, Vice Director I BHI Cindy Posumah, Vice Director II BHI Arie Setiawan, dan Vice Director III BHI M. Sofaruddin, dikatakan Nelfa juga dihadiri jajaran dosen BHI, perwakilan PHRI, HIPKI, Disbudpar, dan para orangtua wisudawan.

Dalam sambutannya, Direktur BHI mengatakan, dewasa ini perkembangan dunia pariwisata khususnya perhotelan, berkembang amat pesat, sehingga memungkinkan lapangan pekerjaan bagi para lulusan BHI terbuka lebar.

“Bukan hanya hotel saja, lulusan BHI juga bisa berkarya di kapal pesiar, rumah sakit, catering, restoran, dan masih banyak lagi. Belum lagi mereka yang memang berjiwa wirausaha yang ingin berusaha sendiri,” kata Agung.

Agung menambahkan, perkembangan pesat sektor pariwisata yang banyak menyumbang pendapatan kepada pemerintah, menjadikan BHI harus turut berkembang mengikuti kondisi yang kondusif itu.

“Oleh karena itu, kami telah merencanakan pada 2009, BHI akan berkembang menjadi Sekolah Tinggi dan Akademi Perhotelan, sehingga para alumninya akan lebih dapat bersaing dalam dunia industri pariwisata,” pungkas Agung.

Rudi D. Sukmana