Jumat, 29 Januari 2010

SEJARAH NAMA-NAMA JALAN DI KOTA BOGOR














Bogor sebagai kota modern didirikan pada perioded 1745- 1845 yang mana dimulai dengan dirikannya Istana Buitenzorg. Salah satu jalan pertama adalah Groote Postweg yang juga dikenal sebagai bagian dari jalan bersejarah 1000 km Anyer Panarukan. Sesuai dengan sejarah yang ada maka jalan-jalan yang dibangun kemudian atau yang sudah ada diberikan nama sesuai dengan nama daerah atau fungsi dari jalan tersebut, berikut beberapa jalan di Kota Bogor

Jalan Merdeka = Tjikeumeuh Weg
Jalan Ir.H.Juanda = Groote Weg
Jalan Kapten Muslihat = Bantammer weg
Jalan Panaragan Kidul = Gestich Weg
Jalan Mayor Oking = Bioscoop Weg
Jalan Nyi Raja Permas = Stations Weg
Jalan Dewi Sartika = Park Weg
Jalan M.A Salmun = Gasfabriek Weg
Jalan Sawo Jajar = Laan Van Der Wijk
Jalan Abesin = Wetselaars Weg
Gang Ardio = Parallel Weg
Jalan Gedong Sawah = Mulo Straat
Jalan Gedong Sawah 4 = Binnen Weg
Jalan Pengadilan = Hospitaal Weg
Jalan Kartini = Verlengde Feith Weg
Jalan Semboja = Schenck De Jong Weg
Jalan Dr.Semeru = Tjilendek Weg
Jalan Mawar = Gang De Leau
Jalan Ciwaringin 1 = Gang Edwards
Jalan Perintis Kemerdekaan = Gang Kebon Djahe
Jalan Kantor Batu = Museum Laan
Jalan Gereja = Kerk Weg
Jalan Sekolahan = School Weg
Jalan Empang = Tandjakan Empang
Jalan Siliwangi = Handels Straat
Jalan Batu Tulis = Koepel Weg

Nama jalan yang tidak disebutkan, sebagian besar, tidak berubah namanya. Seperti Jalan Panaragan dulunya Panaragan Weg. Gang Menteng dari dulu tetap bernama Gang Menteng. Jalan Ciwaringin dulunya memang bernama Tjiwaringin Laan. Gang Slot, dari dulu memang bernama Gang Slot. Jalan Pledang, dulunya memang bernama Pledang Weg. Jalan Panaragan memang dari dulu sudah bernama Panaragan Weg. Mantarena, dulunya juga bernama Mantarena. Jalan Pancasan dari dulu sudah bernama Pantjasan Weg.

Ada juga nama jalan yang saat ini terpecah menjadi beberapa nama jalan. Seperti Tjikeumeuh Weg, saat ini menjadi terbagi menjadi tiga jalan, yaitu: Jalan Merdeka, Jalan Tentara Pelajar dan Jalan Cimanggu. Groote Weg saat ini terbagi menjadi beberapa jalan, yaitu: Jalan Ir.H Juanda dan Jalan Jend Sudirman.

Tentunya ada jalan yang dulu belum ada karena memang masih berupa rawa atau hutan, atau memang tidak dicantumkan di peta tersebut. Seperti Jalan Jalak Harupat dan Jalan Pajajaran.
(penulis dari (ref: Gemeentekaart van Buitenzorg 1920 - KIT Library):

Sejarah Stasiun Bogor











Sejarah Stasiun Bogor


Sejarah mencatat stasiun kereta api di Buitenzorg (Nama Bogor Tempo Doeloe) dibangun oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Belanda 1872 sebagai stasiun terakhir untuk jalur Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor) dan mulai dibuka pada 1873.

Pembukaan jalur ini untuk mempersingkat perjalanan Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor) yang saat itu masih menggunakan kereta kuda untuk melayani penumpang.

Semakin meningkatnya jumlah penumpang yang hilir-mudik Bogor-Jakarta (Jakarta-Bogor) maupun sebaliknya diperlukan ruang-ruang lebih besar agar bisa menampung banyak orang.

Maka dari itu, pada 1881 dibangun stasiun baru. Salah satu ruangan di stasiun ini terdapat prasasti yang didirikan pada 1881. Prasasti itu terbuat dari marmer sebagai persembahan karyawan sebagai ucapan selamat pagi terhadap D Marschalk yang memasuki masa pensiun atas jasanya mengembangkan perkeretaapian di Pulau Jawa.

Dari bentuknya saja sudah bisa diprediksi jika bangunan ini adalah bangunan lama. Arsitekturnya pun bergaya Eropa dan berlantai dua dengan hiasan berbagai motif.

Misalnya, motif geometrik awan, kaki-kaki singa dan relung-relung bagian lantai. Sebagiannya dalam kondisi asli alias belum diubah tapi sebagian lainnya sudah direhab keramik. Kusen pintu masuk dan jendelanya masih dalam kondisi utuh dengan gaya khas.

Hal yang menarik dari stasiun ini adalah lapangan yang ada didepannya yang konon bernama Wilhemina Park.

Bangunan itu sendiri luasnya kurang lebih 5.955 m2 yang dibangun di areal lahan seluas 43.267 m2 lokasi tepatnya di Jalan Nyi Raja Permas Kelurahan Cibogor Kecamatan Bogor Tengah.

Sayang keindahan dari Stasiun Bogor sudah tidak terlihat lagi mengingat daerah ini sudah menjadi taman topi.

(penulis dari berbagai sumber)